Bercerita, Blog

Tie-dye dan Celana Kotak-Kotak di Damri Jurusan Jatinangor

Siang itu ketika saya sedang menderita Dengkul Kesempitan, naiklah seorang wanita berteriak “Assalaamualaikum bapak-bapak! Ibu-ibu…….” kata-katanya terpotong sebentar dan matanya menatap saya dengan heran yang duduk jauh di tengah. “…mohon maaf mengganggu perjalanan bapak dan ibu sekalian..” matanya belum berpindah, dan terdiam untuk beberapa saat yang janggal. “maaf sekali, tujuan saya berdiri dan berteriak-teriak disini adalah untuk Mengemis..” matanya mulai ganti menatap penumpang lain dengan kesan mengiba. “keadaannya begini pak.. bu.. kakek dan nenek saya mengeluh kelaparan tadi pagi sama saya, mereka minta makan.. tapi saya gak punya duit lagi… maka itu saya Mengemis disini.. untuk langsung pulang lagi beli makanan..” lagi-lagi matanya terpaku di saya sebelum melanjutkan kemudian “saya mohon belas kasihan ibu dan bapak untuk memberi recehan buat saya.. 100, 200 aja bu… (sambil menyodorkan tangannya ke penumpang paling depan, dan terus berlanjut ke penumpang berikutnya dan berikutnya lagi) 100, 200 aja pak..”

Ketika dia mulai berjalan maju, saya tertawa. “orang ini!” pikir saya. “aduhh.. siapa namanya…” sembari mengambil dompet dan menyiapkan Rp2000. begitu sampai pada giliran saya, dia teriak “Yaampun! terima kasih mas, terima kasih banyak!” sambil mencium tangan saya. ketika itu juga saya ingat namanya. kita panggil saja Yanti.

Saya: Yanti, apa kabar?
Yanti: eeeehh, lohhh. kok tau nama saya?
Saya: kita dulu kenal di Blok M.
Yanti: ??? … Jakarta??
Saya: iya.. di depan SMU 6.
Yanti: (sambil menutup mulutnya dan duduk di kursi kosong seberang saya) yaampun! kamu teh temennya Adi? temennya Reza? temennya Piam juga?
Saya: yaa..

kemudian pembicaraan nostalgia dimulai. saya tau dan kenal Yanti pertama kali sekitar tahun 2002 di bulungan. Yanti datang dengan daster lusuh berwarna abu-abu, dan muka cemong keringat. dia datang ke tengah kumpulan anak-anak yang sedang nongkrong di malam minggu. dengan salam pembuka yang hampir mirip dengan tadi dia menyambut kami semua. perempuan lusuh bernama Yanti ini memukau semua orang yang ada disana dengan kepandaiannya bernyanyi, dan berbicara Bahasa Inggris. cukup fasih. fasih malah. dan lagu-lagu yang dinyanyikan benar-benar hafal diluar kepala sepertinya. malam itu, kami semua sepakat menganggap dia gadis yang berbakat. dia membuat kami menonton aksinya selama mungkin setengah jam, sebelum akhirnya dia menyodorkan tangannya meminta uang. disinilah kami berbicara untuk pertama kalinya setelah tujuh tahun berlalu.

Yanti: yes, of course. i still can speak english.
Saya: nah itu Yan, lo kan pinter. kenapa lo gak nyari duit pake skill lo? lo pinter nyanyi, pinter bahasa inggris. kenapa gak ngajar-ngajarin anak SD sih?
Yanti: ah, siapa yang mau nerima? gw kan orang gila! (suaranya mengeras) lo pasti nganggep gw gila kan?
Saya: nggak. lo ngerasa lo gila gak? gw mikirnya lo males. (itu hanya untuk tidak menyakiti hatinya. karena kalau sampai dia marah, bisa habis saya.. benar-benar habis.) lo harusnya bisa nyari duit lebih bener. udah ke  RMHR?
Yanti: gak ada yang bisa nerima gwe! gw udah capek disana, gw dateng kesana baik-baik, malah diusir. katanya “eh, kamu itu orang gila. pergi sana!” ya gw pergi lah!
Saya: itu mungkin karena lo gak ngikutin peraturan kali? tempat kayak gitu ada peraturan-peraturan gak tertulis Yan, masa lo dianggap gila kalo lo gak ngapa2in..
Yanti: peraturan apa!? peraturan yang nyuruh gwe bugil!?
Saya: ya nggak lah..
Yanti: sekalian aja perkosa gw!
(gawat)

baiklah, orang ini memang tidak waras menurut saya. suatu hari di tahun belakangan, dia pernah mengundang kami ke perayaan ulang tahunnya di McD Blok M. kami semua ikut dan kemudian sadar bahwa kami yang harus membayar semua makanan yang dia pesan. sebuah niat baik atas dasar iba dan berakhir kecele. dia bilang mau mentraktir pada awalnya. karena itu, saya percaya bahwa omongannya tentang RMHR itu tidaklah sepenuhnya benar.

Yanti: you know what, i have to protect my self from from the bad guy out there. i have to protect my self from all the guy! even if its you! i mean, i think you’re a good guy. but still, i have to be careful right?
Saya: iiya sih… buset. bahasa inggris lo bener-bener masih lancar ya. anj*ng, gwe aja gak bisa-bisa.
Yanti: nooo.. you can’t speak english?
Saya: little bit maybe.
Yanti: tapi kalo gwe ngomong lo ngerti kan?
(mulai belagu dia)

kami berbicara ngalor ngidul sepanjang tol. dia sempat jajan minuman anggur kemasan, dan membayar ongkos bus sejumlah Rp 3000. bahkan jumlah yang lebih dari pendapatannya di bus ini. ketika saya tanya kenapa dia tidak turun saja, dia menjawab dengan enteng bahwa ongkos segitu mudah didapat olehnya dalam perjalan pulang nanti. dia bercerita dengan keras bahwa dia tinggal di mesjid agung setiap hari, dan mendapat makanan disana. serta mencari uang tambahan dengan cara mengemis seperti ini. cerita yang sangat berbeda dengan ketika baru masuk bis. saya yakin banyak yang mendengar pembicaraan kami, dia cuek.

Yanti: do you have some paper and a pen? i want to write something. you should read it.
Saya: bentar. nih.
Yanti: (mengambil keduanya dan menuliskan sesuatu) awas, jangan liat!

setelah itu dia menyodorkan hasil tulisannya pada saya. begini tulisnya:

“i was married
but my married was
distroy”

ternyata dia tidak pandai menulis inggris.

Yanti: do you want to hear my story?
Saya: kenapa distroy? (saya jadi ingat dian sastroy)
Yanti: my husband killed my son.
(saya hanya mengangguk)
Yanti: two years after i left jakarta. im married. and in three years i have a son.
(mengangguk lagi)
Yanti: and someday when i left to bandung for working, he killed him! dia bunuh anak gw! (teriak) dia bunuh anak gw! (sambil berdiri dan menunjuk-unjuk)
Saya: (panik) eeehhh… ssssttttt….. jangan kenceng-kenceng.. pake bahasa inggris lagi aja.. gak enak didengerin orang-orang ituh… anak lo umur berapa tuh?
Yanti: dia mukulin anak gw! gw nyari duit dia malah mukulin anak gw sampe mati! namanya Rizki.. dipanggilnya Kiki. after that, im leaving sumedang and doing this job.
Saya: terus suami.. eh mantan suami lo gimana?
Yanti: di penjara. biar mampus aja tuh orang. gw gak pernah jenguk sampe sekarang. kalo gw sampe liat dia lagi mau gw bunuh dia.
Saya: dia kerja apa sih?
Yanti: petani.

kemudian dia minta beli kacang bandung pada saya sebelum akhirnya kita sampai dan dia mencarikan saya ojek, lalu melambai dadah dan pergi dengan tie-dye dan celana kotak-kotaknya.

20 pemikiran pada “Tie-dye dan Celana Kotak-Kotak di Damri Jurusan Jatinangor

  1. oooh bukannya dia emang gila beneran dan ternyata dia hijrah ke bandung ji. ntar ada satu temennya yang masih tinggal di blok m bakal nyusul doi ke bandung, hehehe…. masih kenal anak2 emang dia?

  2. ha? maksudnya ini wanita yang satu lagi zeg? atau yang mana?gwe juga kaget dia masih inget nama2 di atas itu zeg, tapi lupa nama gwe sih… udah biasa tapi orang lupa nama gwe…

Tinggalkan Balasan ke gembi penyiram ingus Batalkan balasan